Potongan lirik yang sering kau nyanyikan (open mic) ketika kita sedang bermain DOTA 2.

Semenjak kau pergi, suasana game dengan diiringi nada suara fals yang sudah lama dan akan selamanya tak akan pernah ku dengar lagi dari dirimu dalam permainan DOTA 2.

Ingatkah kau pertama mengajak party DOTA?
“Jangan cuma nonton coy, ayo main bareng. Kaga usah takut dibully, tinggal mute voice kalo main game online.”
Kata yang kau ucapkan dengan percaya diri ketika mengajaku dan temanku supaya tak takut dalam bermain game online.

Ajakanmu tidaklah buruk, karena weekendku mulai berwarna. Kita menghabiskan waktu weekend bersama di dalam dunia game.
Bagiku, kau bukanlah teman. Tetapi kau seorang pelatih untukku dalam game DOTA 2 ini. Kau mengajariku dari nol. Mengajariku tentang penggunaan skill dan item dalam satu hero. Kau juga yang menemukan roleku dalam game ini. Kau membuatku menjadi support dalam game ini.

Kau membawaku hanyut menikmati indahnya permainan dota. Perlahan tapi pasti, kau mulai pergi membiarkanku untuk bermain sendiri dengan kata-kata yang menurutmu adalah motivasi untuk ku “Inget role lu adalah support, jadi jangan takut bully kalo udah beli ward”. Hingga akhirnya kau benar-benar pergi meninggalkanku sendiri bersama dengan DOTA.

Melalui surat ini, aku ingin jujur terhadapmu kawan. Aku berhenti bermain DOTA, karena aku tak sanggup bila harus bermain!
Aku mencoba bermain seperti biasa setelah kepergianmu, dan kau tau hasilnya? Ya aku kalah. Aku pergi AFK, meninggalkan satu match tersebut!

Dadaku begitu sesak, air mata mengalir begitu saja. Aku teringat akanmu, teringat akan suara mu dan teringat akan chat tawamu.
Maafkan aku bila kini aku kembali menjadi penonton, bukan pemain.
Terima kasih karena kau pernah membawaku menikmati indahnya bermain dota.