aldhypratama45Avatar border
TS
aldhypratama45
George Saa Sang "Mutiara Papua" Ilmuan Internasional #IniIndonesia

Septinus George Saa dikenal sebagai sang jenius dari papua. Bahkan ia dijuliki sebagai “Mutiara Papua” karena pretasinya yang sangat membanggakan dikaca Internasional. Septinus George Saa lahir di Manokwari pada 22 September 1986, George atau panggilannya Oge lahir di Monokwari,Papua pada tanggal 22 september 1986. Ia lahir dengan keluarga sederhana, Ayahnya bernama Silas Saa, adalah Kepala Dinas Kehutanan Teminabuhan, Sorong. Oge lebih senang menyebut ayahnya petani ketimbang pegawai. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ayah oge dibantu isterinya, Nelce Wofam dan kelima anak mereka harus mengolah ladang, menanam umbi-umbian. Walaupun dengan keterbatasan ekonomi namun faktanya ayah George saa mampu  menanamkan prinsip hidup kepada kelima anaknya untuk selalu bekerja keras dan pantang menyerah. Silas adalah lulusan Sekolah Kehutanan Menengah Atas tahun 1969, sebuah jenjang pendidikan yang tinggi bagi orang Papua kala itu.
 
Inilah fakta keberhasilan George Saa, Sang mutiara dari bumi Papua :
1. Berasal dari keluarga Jenius

George Saa memiliki 4 saudara dan merupakan anak bungsu dari Silas Saa dan Nelce Wofam. Semua kakak-kakaknya bisa dibilang berhasil dibidang masing-masing. Oleh karena itu, tak heran kalau George Saa bisa berhasil dengan bidang yang dikuasainya.
·        Apulena Saa, puteri sulung Silas mengikuti jejak ayahnya yang mengabdi untuk menjaga hutan papua. Ia adalah Sarjana Kehutanan            lulusan Universitas Cendrawasih.
·        Franky Albert Saa, putera kedua saat ini tengah menempuh Program Magister Manajemen pada Universitas Cendrawasih.
·        Yopi Saa, putera ketiga, adalah mahasiswa kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.
·        Agustinus Saa, putera keempat, mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua, Manokwari.
·        Sementara George saa (Oge), si bungsu ini  tidak mau kalah dengan kakak-kakaknya dan berhasil meraih emas di panggung                          internasional.
 
 
 
2.  Pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004.

The First Step  adalah suatu kompetisi riset ilmiah tahunan dalam bidang Fisika bagi para remaja diseluruh dunia.  Seorang professor asal polandia Gorzkowski  meneliti bahwa beberapa anak SMA mempunyai semangat meneliti yang tinggi. Maka dari itu ia membuat kompetisi riset untuk anak-anak SMA se Polandia pada tahun 1991/1992. Tujuannya adalah untuk menghargai usaha para murid SMA ini dalam meneliti serta memberikan kesempatan untuk membandingkan hasil penelitian mereka dengan penelitian siswa-siswa lain.  Dalam kompetisi ini terkumpul 59 makalah yang ternyata levelnya cukup tinggi. Kemudian dari makalah-makalah ini dipilih 7 pemenang utama (First Prize) dan 19 honorable mentions. Honorable mentions dibagi dalam dua kategori: makalah riset dan kontribusi.  Hadiah untuk para pemenang ini adalah berupa riset di Institute of Physics selama 2 minggu.
Kompetisi tersebut terus berlanjut dari tahun ketahun, dan dengan makalah berjudul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resisto berhasil membawa George saa menjadi pemenang kompetisi dunia tersebut pada tahun 2004.
 
3.  Menciptakan rumus Penghitung Hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor

Rumus Penghitung Hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor yang Ditemukannya diberi namanya sendiri yaitu “George Saa Formula”.  Oge menemukan cara menghitung hambatan antara dua titik rangkaian resistor tak hingga yang membentuk segitiga dan hexagon. Formula hitungan yang ia tuangkan dalam papernya “Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor” itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri dari 30 jawara fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol emas. Paper Oge yang masuk lewat surat elektronik di hari terakhir lomba itu dinilai orisinil, kreatif, dan mudah dipahami. Akhirnya memenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics
 
4. Murid kesayangan dari Bapak Fisika Indonesia, Profesor Yohanes Surya

Awal November 2006 ia harus mempresentasikan hasil risetnya di depan ilmuwan fisika di Polandia. Ia harus membuktikan bahwa risetnya tentang hitungan jaring-jaring resistor itu adalah orisinil gagasannya. Setelah itu, ia akan mendapat kesempatan belajar riset di Polish Academy of Science di Polandia selama sebulan di bawah bimbingan langsung Bapak Fisika Indonesia.
Sepulang dari Polandia nanti, Oge sudah memutuskan untuk mengambil studi S1-nya di Indonesia di Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan. Meski sejumlah tawaran bantuan terus mengalir kepadanya untuk melanjutkan studi di luar negeri, di antaranya dari Group Bakrie dan Freeport, Oge merasa belum siap untuk meninggalkan tanah air. “Nantilah, untuk S2 dan S3 saya ke luar negeri. Kalau sekarang saya belajar di Amerika, saya belum siap. Saya harus belajar lagi bahasa. Selain itu, fisika itu kan luas. Ada banyak yang harus saya pelajari. Harus ada orang yang betul-betul mendampingi saya,” ujar dia.
Ya, Oge mengaku masih membutuhkan Yohanes Surya. Ia masih membutuhkan tangan dingin guru sekaligus sosok yang dikaguminya itu mengasah otaknya. “Dia (Yohanes Surya) orangnya beriman. Dia ilmuwan tapi tidak atheis. Dia sangat membantu saya,” kata Oge tentang gurunya itu.
 


anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.1K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan