BangkitveuzAvatar border
TS
Bangkitveuz
Dunia ini adalah dirimu
A.   Dunia ini adalah dirimu
Kepingan langit memudar di anata sudut-sudut malam. Memandang gemerlap lampu yang semakin kaku dan pucat. Di sana aku dudu dan terbaring menunggu pagi dengan semburan kenangan. Kelak diriku akan menjadi dirimu. Seperti kunang-kunang yang bertelur di hadapan Tuhan. Saat aku menolehkan pandangan. Dapat aku rasakan getir itu menjelam ketakutan. Rasa kaku yang terkadang tidak pernah orang lain rasakan. Di mana Tuhan? Jika di sini aku masih menunggu kudapan malam yang bergelantungan. Di mataku. Di antaranya orang-orang sibuk mengajarkan anaknya menghadap Tuhan. Siapa yang mewajibkan itu semua? Jika bukan keadilan-keadilan yang menyapu di dalam perut ibu. Ibuku berhasil melahirkanku dan membuatku terpana dengan apa yang ia rasakan. Sakit tanpa benang dan tulang. Rasa yang semakin kandas dan terlempar di antara sudut-sudut lampu kota ini. Suara yang aku dengarkan adalah serpihan kenangan yang kelak mengabdi menjadi butiran-butiran api. Dan aku berhasil menemukan bayangmu di dalam langit itu. Bayanganmu bergelantung di antara tiang-tiang yang berkarat. Aku melihatmu menangis. Menahan sunyi yang terekam pasi di dalam malam. Tapi siapa yang akan berhasil membuatmu sadar jika kau sedang berada dalam keadaan ang menyedihkan? Tuhan dan diriku sedang menonton acara bernama rindu dan hujan. Sepanjang jalan dapat aku pastikan jika cahaya-cahaya dan pantulan dimensi mengekang udara menjadi debu. Dan berhasilkah jika tanpamu akan akan dapat menerima rindu yang sedang berdatangan? Di dalam perut ibu yang masih hangat itu. Aku berhasil menemukan kebaikan dan keburukan menjadi satu bagian. Kau yang berhasil dan aku yang tidak berhasil. Kau yang baik dan aku yang tidak baik.
            Kebaikan telah membuatmu lupa akan kejahatan. Dan di sanalah kau akan menemukan penderitaan yang semakin menjadi-jadi. Penderitaan di mana orang-orang sudah pasti akan mempertontonkan rindu dan kebencian menjadi satu bagian. Aku sedang menangis melihatmu sendiri dengan keadaan seperti itu. Kaki pincang. Mata hancur. Mulut berwarna hitam. Rambut botak. Tangan hilang separuh. Kepala tanpa otak yang panjang. Siapa yang tahan dengan penderitaan yang kau alami? Apakah kekasihmu masih menyimpan cinta tulus kepadamu? Dengarkan aku dari jarak yang semakin pilu. Dan pastikan jika dari tahun ke tahun semua orang akan menganggapmu iblis. Termasuk diriku ini. Sesaat matahari tenggelam dan menyemburkan kehangatan, aku dapat melihat otak dan kenanganmu yang menyimpulkan rindu dengan catatan-catatan tanpa tiang. Tuhanku; apakah kau masih memberiku kesempatan untuk kembali percaya denganmu? Anggaplah segalanya adalah ketentuan yang masih bisa kau terima dengan lapang dada. Dan aku berdiri menerima semua kenyataan ini, menganggap derita yang kau alami adalah bagian dari diriku sendiri. Mungkin yang terjadi adalah beberapa ucapan yang pernah kau lakukan kepada orang lain. Mungkin juga aku yang bersalah atas diriku sendiri. Sehingga saat kau menjadi iblis selamanya. Aku tidak akan merasakan ketakutan. Sebab di dalam alam mimpiku Tuhan telah mempertemukan kau dengan orang-orang yang lebih unggul dariku.
Sepasang burung yang pergi adalah bukti jika malam ini semakin luntur untuk dinikmati. Jelas aku butuh kau di masa depan. Dan jelas aku butuh diriku untuk saat ini. Menangislah: sebelum dunia aka Tuhan hukum dengan segala yang kemampuannya. Kau bisa meminta maaf hanya untuk saat ini. Selanjutnya kau dan aku berada dalam titik dusta yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Sebab cintamu kepada keluarga dan orang-orang yang pernah kau bantu adalah harapan terpenting untuk Tuhan anggap sebagai keberhasilan. Beginilah rinduku kepadamu. Tuhan menitipkan salam jika masa dan waktu berputar begitu cepatnya. Aku paham jika air mata itu adalah air mata penyesalan. Tapi begitulah ukuran penyesalan manusia. Aku berakhir sebelum kau menulis cinta di balik hujan sore tadi.
 
 
Bangkit Prayogo

30 Mei 1992

Kepada diriku di tahun 2017

{------}

 

Aku telah membaca suratmu sebelum diriku terlahir di dunia ini. Aku rasa kau terlalu suka mengeluh akan hidup ini. Isi suratmu segalanya tentang kegundahan yang tidak harus kau takuti. Itulah kehidupan. Makan jajan. Bermain layang-layang. Kalah berdemonterasi dan yang tentu kelah bermain catur. Kau terlalu bersungguh-sungguh di dalam memandang kehidupan ini. Kenapa tidak kau bersenang-senang? Atau selalu menganggap masalah hidupmu sebagai sesuatu yang biasa saja. Aku yang baru terlahir di dunia, tidak akan sempat memandang kegelisahan kehidupan ini dengan pasti. Oh lukisan indah. Gunung yang rimbun. Dan segalanya yang tidak akan aku ketahui sebelum aku paham jika manusia adalah tempat paling bobrok. Aku paham di mana rasa sakit hatimu. Maka dari itu jangan suka memakan rujak petis. Kau terlalu banyak makan rujak petis. Kurangi jus apel. Jus alpokat. Jus jeruk. Perbanyak makan kue Bangkit yang manis-manis. Sebab kau akan tahu jika dalam waktu selalu aka nada nuansa haru, yang penuh kepahitan, yang penuh tantangan. Meskipun aku masih merasakan bau lendir ibuku. Pasti juga kutahu kepahitan ini adalah kepahitan yang tidak pernah padam.
Siapa yang pasti mengetahui jika di dalam sana udara kian kekal. Mengekal dan tentunya kau jangan berharap banyak kepada siapapun yang bakal kau cintai. Hidupmu susah. Dan tentu itu adalah salahku. Sebab akulah yang menyebabkan kau menjadi susah di masa depan. Tapi harapan dariku kau harus tetap berusaha. Bangun sendiri sesuai namamu yang keren sekaligus gokil itu. Dan aku dapat bertaruh jika selama kau berhubungan badan dengan kekasihmu, kau selalu kalah. Mulai dari start dan finish. Nasibmu yang malang juga sebenarnya adalah sebabku yang tidak jelas di masa lalu. Tapi ayolah, jangan kau suka permainkan dirimu sendiri melebihi keinginan orang tuamu. Sempat-sempatkan bermain kelereng dengan anak-anak kecil, mandi sungai dan melihat hujan yang mungkin tidak sempat dapat kau pahami. Di sanalah akan kau temukan keganjilan angka-angka yang tidak terbatas. Rasa sayang, kasihan. Sungguh aku terjebak dalam kesunyian di masa-masa saat ini. Aku tidak bisa melukiskan kesedihanmu terlalu berlebihan. Maafkan aku, tapi maafkanlah sikapku yang anti kepada sesuatu yang bakal retak. Aku selalu ingin mencintai kebersamaan. Tapi mungkin karenaku juga kau menjadi apatis. Aku harus bagaimana menyikapi masalah ini?  Jalan tengahnya akan kuceritakan masalah-masalah dini di kehidupanku saat ini. Aku masih belum bisa berkata-kata, tidak ada kekuatan untuk berkata lebih jelas. Tentu aku tidak setuju dengan sikap dokter melihat tangisanku saat melihat dunia ini. Aku asing dengan keramaian.
Cahaya lampu yang memudar dan segalanya yang tanpa kebenaran. Masih lugu mungkin itulah hal yang tepat bagiku saat ini. Apalagi saat bapakku menggendongku dan menyanyikan lagu yang amat tidak aku sukai. Suaranya juga sungsang. Begitulah seharusnya cita-cita hidup ini diperjuangkan. Nasibmu tidak selamanya bergantung pada aku yaitu masa lalumu. Kau yang bisa mengubah sendiri masa lalumu menjadi masa depan yang lebih sempurna. Dan aku tenggelam, menengadahkan mataku ke dalam persimpangan sudut jendela tua itu. Dengan air mata yang menetes, dan bentuk pipi yang binal. Aku mencoba mengarungi hidup ini tanpamu. Sejak saat inilah aku paham jika kau mahkluk yang lemah dan aku adalah bagian terlemah dari hidupku sendiri. Kesendirian yang kelak akan berubah menjadi kekosongan. Siapa yang akan kosong? Jika bukan kau dan aku yang akan melakukan nya. Duniaku pada saat ini telah dirampas oleh kekejaman musik dan gaya yang teramat erotis. Bagaimana para perempuan melapangkan dada ke dalam sumur tua. Sembari duduk menanti kelaminnya di buka oleh serangga-serangga merah muda. Kau tidak akan tahu jika gedung-gedung mulai runtuh, rapuh juga penuh dedaunan yang tersirat di antara dendam. Aku hidup saat orang-orang bebas menghujat untuk kepentingan dirinya sendiri. Bukan lagi kelompok yang diagung-agungkan. Semua itu hanyalah fatamorgana. Tidak bisa dijadikan ukuran jika kelak hidupku pasti sepertimu. Ayolah, jangan suka menangis dan merengek kepada Tuhanmu. Tuhanmu bakal malu jika melihat kekuatan tubuh yang ia ciptakan tidak sebanding dengan sikapmu sendiri. Mau jadi apa kau? Apakah menjadi si tungkang merengek? Meminta-minta diberi bantuan dan tidak berusaha sebelum dunia berakhir di ujung matamu. Kau lah yang terkuat di antara kekuatan yang lemah itu.
Setelah keluar dari kelamin ibu. Aku mencoba menerka-nerka bentuk wajahku sendiri. Sebelum akhirnya ada kaca yang menampakkan dan berkata jika diriku begitu tampan. Ini anugerah yang harus aku sukuri. Terlebih lagi melihat orang-orang di sekitarku tersenyum lepas melihat kehadiranku. Apakah ini bukan kebahagiaan? Kau melupakan secara kecil rincian-rincian di dalam kesengsaraan hatimu. Aku tidak melihat Tuhan. Tuhan selalu ada di dalam kosmos alam semesta. Ia tidak bergerak dengan keinginannya. Tapi bergerak dengan kasih sayang yang selalu ia munculkan di hadapan semesta. Hujan, api, udara, tanah, petir, perang, uang, kekuasaan, kemiskinan dan segalanya adalah ciptaan Tuhan dan ia yang berhak mengubah apa yang telah ia ciptakan sendiri. Kau tidak perlu kembali menanam dendam di hatimu lebih dalam. Sebab akan kau pahami jika warna hitam di hatimu menyebar, memakan rakus sisa-sisa tubuhmu yang kurus itu. Sesekali aku memandang hujan bukan untuk kesedihan, udara di antaranya selalu mencium warna kupu-kupu yang terbang di angkasa. Aku tidak juga ingin mengikuti kebencian yang hadir untuk diriku sendiri. Mereka berhak berkata kepadaku kelak, dan aku juga berhak untuk selalu memaafkan siapapun yang telah berbuat jahat kepadaku. Tuhan selalu mengajarkan itu di dalam dunia Rahim ibu.
Apa yang terjadi padamu akan berdampak pada dirimu sendiri. Saat mataku terbuka, ibu selalu menempelkan air susunya kepadaku. Sungguh kasih sayang yang tidak bakal pernah aku lupakan. Ini yang kau lupakan. Masa lalumu yang telah kau buang sedalam lautan. Mereka tidak pernah ingin melihat kekacauan ada di dunia ini. Tapi manusialah yang membuatnya, manusialah yang menciptakan masalahnya sendiri. Sejak dahulu; manusia telah dibuktikan hancur oleh kerakusannya sendiri. Dan kau berhak memahami kendala apa yang sedang terjadi pada dirimu itu? Kau terlampau sering mengeluh. Membenci siapapun yang tidak sependapat denganmu. Bukankah memaafkan adalah pilihan yang lebih baik? Kelak saat aku dewasa aku juga tidak ingin sepertimu. Mungkinkah seburuk itu zamanmu? Di mana kendaraan meletus tidak terhingga, sehingga kemacetan menjadikan hujan sebagai bencana. Kau harus paham semuanya justru dimulai pada tahun kelahiranku. Saat ini mobil diciptakan. Sepeda motor digunakan. Segalanya mulai menjajah ke dalam pelosok-pelosok negeriku ini. Inilah awal bencana yang kau katakan di suratmu. Aku tidak khawatir dengan ini. Bagiku ini adalah perkembangan zaman yang tidak bisa ditunda-tunda. Semua telah ada aturan yang menginginkannya. Dan mungkin Tuhan telah menciptakan idiom baru kepadamu, jika di antara kebencian hatimu adalah tanda berakhirnya kebaikan di muka bumi. Aku tidak sempat berpikir itu. Akan kuciptakan kebahagiaan, kehangatan, kekeluargaan yang telah kau lupakan. Kau juga berhak iri dengan apa yang aku lakukan.
Saat ini aku sedang menumbuhkan tulang-tulang, gigi, pandangan dan segala ciptaan Tuhan yang maha sempurna. Aku akan menjaganya sampai kau berpikir jika wajah yang kau miliki adalah hasil dari kebaikanku saat ini. Jangan salah artikan ini sebagai penggagas dari kesimpulanmu kepadaku. Aku tidak pernah menemukan manusia selalu bisa hidup sendiri. Di alamku, saat darah muncrat ke dalam hidung, aku temukan orang-orang berlarian menuju Rahim perempuan. Mereka mencari mangsa yaitu makanan bangkai. Di dalamnya lagi hewan-hewan buas ketakutan saat melihat manusia begitu jahatnya memakan bangkai daging itu. Aku berpikir setelah pikiranku tersumbat oleh kekuatan-kekuatan yang tidak terhingga. Begitulah manusia. Manusia yang kau banggakan dalam kehancuran, benar-benar akan hancur dan menjadi sosok hewan yang paling mengerikan. Mereka akan memakan siapapun yang berada di dekatnya selama mereka membutuhkan keinginannya. Termasuk kau di masa depan. Termasuk aku di masa lalu. Bukankah ini permainan dari Tuhan belaka? Air susu ibu yang sedang aku hisap ini juga bagian dari permainan Tuhan. Tanpa air susu ibu, aku akan tidakbisa berpikir jika ibulah manusia yang paling harus dihormati selain juga bapak. Tanpanya aku tidak akan tumbuh sehat dan pintar. Atau jangan-jangan ini konspirasi dari kekosongan yang tampak di dalam khayalanku. Tuhan mencernanya untuk kepentingan dunia, dan dunia berada dalam tindakan manusia itu sendiri. Bagaimana kau bisa menjawab ini? Hei duniaku dan dunia adalah hukum sebab-akibat yang tidak bisa dilepaskan. Dampaknya telah kau rasakan dan aku adalah salah satu manusia yang berhak memikul dosa. Sebab tidak bisa memperbaiki apa yang telah salah pada saat ini. Saat di mana hujan telah berganti warna menjadi darah. Warna yang menjadikan manusia malaikat yang tidak bisa memakan daging-dagingnya.
Siapa yang berhak menyalahkan kebebasan sebagai sebuah kehidupan? Apakah aku berhak untuk menyalahkannya? Jangan kau pikir di dalam kandungan ibu tidak berpikir. Sungguh akut elah mencatat kejadian-kejadian yang membuatku kagum dengan manusia. Perpecahan di Uni Soviet, perang di Timur Tengah yang semakin memuncak dan pembantai manusia oleh rezim Cina. Aku tidak butuh kau untuk memberitahukan kebobrokan manusia di zamanmu. Pada zamankulah kebobrokan itu dimulai dan dirasakan sebagai bahan uji coba kehancuran. Kehampaan dan segalanya yang berbau kekosongan. Aku tidak ingin hidup dalam kesunyian, aku ingin menjadi sapi, kerbau, monyet, rusa, ular, burung yang selalu bahagia menerima kenyataan yang telah dicptakan Tuhan. Oleh sebab itu aku mohon kepada- mu. Untuk berhenti melihat kehancuran sebagai sesuatu yang mengerikan. Sebab di sana kehancuran akan menjadi ultimatum manusia terhadap Tuhannya. Aku telah menulisnya di dalam kandungan. Di dalam kandungan ibu kita yang sama-sama mendertia. Aku pernah melihat ibu menangis? Aku pernah, dan tangisan itu berupa kebahagiaan bukan kesedihan. Bukankah ini menyenangkan? Hidup yang dipenuhi kasih sayang melimpah. Pelukan itu tanda kau sayang dengan seseorang dan apakah kau telah lupa untuk memeluk orang-orang terdekatmu? Jika kau lupa maka kau telah menjadi manusia yang angkuh terhadap dirimu sendiri.
Aku berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Sebab di sekitarku orang-orang lepas membicarakan hidup yang susah ini dengan gembira. Di mana letak kesedihan yang kau maksud? Aku tidak paham! Tapi terlepas dari kegundahan yang kau tuliskan, aku berharap banyak pada kegundahanmu itu. Tulislah dan pikirkan apa yang akan kau perbuat setelah ini. Meskipun api neraka telah datang dan menjemputmu di antara jiwa-jiwa yang sunyi. Terbakarlah tubuhmu itu. Hanguslah harapan-harapan kecilmu yang kau rawat sejak kecil. Dan aku akan hanyut di dalam kesedihan, jika kau tidak berhasil menghukum kesalahanmu sejak sekarang. Kau pasti pernah mendengar cerita seorang petani yang kehilang kakinya. Tapi petani tersebut bisa terbang dan terjun dari kekalahan yang hampir bisa membuatnya tenggelam dalam kesunyian. Petani itu menciptakan awan tanpa warna, membuat pesawat tidak gemetar jika menghampirinya. Menciptakan petir tanpa suara dan dampak listrik. Ini terobosan baru dari petani bernama Ajis. Ia asli orang Madura yang kelak akan mengabdi kepada Tuhannya. Bukan kepada Negara dan agamanya. Kau harus menjadi manusia lucu dan bisa melucu dengan tidak lucu. Apa yang sulit menjadi mahkluk yang banyak disukai manusia lainnya? itulah yang aku banggakan dengan diriku saat ini. Aku tertawa mereka di sekitarku tertawa. Aku menangis mereka tertawa. Aku buang air kecil mereka tertawa. Aku tidur pun mereka tertawa. Aneh bukah? Itulah mengapa kau kalah denganku yang masih balita ini.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
530
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan