BangkitveuzAvatar border
TS
Bangkitveuz
Pesan Terakhir
****

Sebetulnya banyak hal yang harus aku pahami selain diriku dan dirimu ini. Salah satunya adalah tentang kekuasaan orang-orang yang dengan gampang menyalahkan orang lain. Termasuk kau di sini. Aku paham dengan orang-orang seperti itu, mereka cenderung suka memainkan roda kehidupan dengan tenang. Meskipun di dalam hatinya sedang mengalami puncak gemuruh yang begitu dalam. Siapa yang berhak menyalahkah? Setiap orang punya beban yang teramat dalam. Misalnya ibuku sendiri. Ia menyeberangi lautan hanya untuk menjual sate kambing. Pertanyaan selanjutnya siapa yang akan membeli sate di tengah lautan? Apakah ada pembeli? Di sanalah letak kesalahanku dan kesalahanmu. Dalam diri, kita di bangun untuk saling mengerti. Berpelukan. Bertengkar. Berciuman. Bergumulan. Begitu indah jika kau dan aku paham akan perasaan yang saling mengerti. Juga demikian dengan tindakan-tindakan yang aku perbuat saat ini. Sering aku mengintip tanteku mandi. Mencoba menggerayangi buah dadanya yang binal dan tentunya ingin kucium sela-sela ketiaknya yang aku rasa begitu menyenangkan untuk dijilat. Bagiku dengan mengintip tante mandi, itu adalah tindakan yang begitu bermanfaat. Sebab aku merasakan capaian puncak kenikmata. Kenapa kau tidak berlaku nakal? Jangan pernah berpikir dengan baik dan tidak. Ukuran itu hanya perihal seberapa jauh kau mampu menjual dirimu dengan diriku sendiri. Dan dengan itu kau akan berhasil melukis bekas-bekas ciuman sang kekasih yang tetap kau anggap sesuatu yang menyakitkan.
Aku pernah terjatuh dari sepeda. Dan kakakku menegorku lalu memarnai seolah-olah akulah yang harus dimarahinya. Kenapa harus aku? Bukankah yang membuatku terjatuh adalah sepeda? Bukan aku lebih berharga daripada sepeda? Kenapa harus aku? Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti itu aku semakin jauh dari kebenaran Tuhan. Justru aku merasa terkucilkan. Orang-orang meledekku. Orang-orang menganggapku seorang iblis yang patut untuk dijauhi. Tapi setelah itu aku terlahir kembali dalam wujud seperti ini. Wujud penuh warna jingga. Warna bapak yang tidak pernah malu akan kegelisahannya. Mungkin dengan itu kau akan paham, jika seluruh di dunia ini tidak membutuhkan kebenaran. Kau juga salah. Aku juga salah. Seluruh orang yang merasa benar adalah salah. Dengan meletakkan kesalahanku ke dalam lubang-lubang bumi, maka aku menemukan secuil api yang membara dan meletus di hadapan awan tanpa hujan. Darah-darah yang mengembun. Tenggelam ke dasar jiwaku. Menusuk tulang-tulang yang aku angkat dari dalam kebenaran. Kebaikan yang kau tunjukkan sejenak adalah serpihan kaca. Membesar di antara dahan pohon cemara dan menjauh di dalam kolam mainan. Setelah aku beranjak meninggalkan masa-masa tidak bisa berbahasa, maka aku beranjak pada masa-masa yang penuh dengan bahasa. Aku sudah bisa mengumpat pada teman, menyumpahi guru dan meminta maaf atas semua kesalahanku. Pernah aku berpikir jika hidup ini lebih baik tanpa bahasa. Bahasa  tidak perlu untuk dijadikan alasan kuat untuk kehidupan yang lebih baik. Coba bayangkan jika hidup tanpa bahasa. Bukankah senjata terhebat untuk memusnahkan manusia adalah ucapan? Maka bahasa tidak dibutuhkan. Bahasa hanya dibutuhkan saat-saat tertentu saja, seperti: buang air besar, berjualan, membeli barang dan itu butuh keterampilan bahasa. Sungguh indah jika bahasa tidak mengenal manusia. Aku turut berduka cita jika ada manusia yang mengagung-agungkan bahasa secara berlebihan. OhTuhan kau telah diduakan dengan begitu hebatnya.
Bahasa dan hidupku seakan-akan virus yang tidak bisa dipisahkan. Pernah satu saat temanku marah besar kepadaku. Hanya gara-gara aku menyebutkan nama bapaknya. Pikirku apa yang salah nama bapaknya, sehingga ia sangat marah? Apakah nama bapaknya perlu untuk dimarahi? Atau apakah seperti ini bakti seorang anak jika nama bapaknya disebutkan? Bukankah itu justru membuat temanku ini menjadi bangga? Aku terheran-heran. Tapi kejadian ini malah aku alami sendiri. Dan aku justru lebih marahnya. Aku tinju hidungnya. Aku cabuti bulu hidungnya. Aku tendang kepalanya. Aku gigit matanya. Aku cium pantat- nya. Nama bapak saat disebutkan menjadi puncak gunung yang membara. Kebencian dan harga diri seakan-akan bergabung secara alami untuk membuatku marah. Jadi bagiku nama bapak dan ibu tidak perlu dibanggakan. Cukup rahasiakan saja sebelum kau menjadi terkenal dengan nama orang tuamu. Pahamkan dengan apa yang aku katakan ini? Jika kau tidak paham maka berlarilah dan kejar bayanganku secepat apa yang kau mampu. Jika kau masih belum mampu mengejarnya kau harus perbanyak berdoa kepada Tuhanmu yang pemurah itu.
Wahai diriku di masa depan. Orang-orang hebat semacam Colombus tidak hebat di mataku. Apa hebatnya hanya mengitari lautan dan menemukan benua Amerika? Bukankah benua Amerika sudah ditemukan orang yang tinggal di sana sebelumnya? Orang-orang hebat bagiku yang tidak pernah menemukan dan menciptakan apapun di hidupnya. Kenapa? Sebab mereka tidak ingin angkuh kepada Tuhannya. Aku percaya jika Tuhan juga pencemburu. Pemarah. Dan juga suka mengekang bagi mereka yang tidak bersalah. Mengapa? Bukankah setiap malam orang-orang tertidur dan bakal melupakan apa yang telah mereka perbuat di siang dan pagi harinya. Manusia selalu mudah melupakan kesalahan dan selalu mudah ingat akan kebaikan. Itu sama saja dengan membuka celah kebaikan dengan warna kelabu. Harus kau pahami di sanalah letak kegaduhan hidup ini. Hidup yang selalu ingin berjalan beriringan sejauh dengan kemampuan kita sendiri. Adalagi manusia yang benar-benar telah sadar dengan segala tindakan yang pernah ia lakukan di dunia. Pendiri Apple Steve Jobs. Mungkin pada zamanmu Steve telah menjadi raja dalam teknologi Hp. Tapi di masaku Steve adalah racun yang kelak akan menjadikan manusia lebih pemalas dari biasanya. Aku telah memba- yangkan tindak tanduk komunikasi ada di dalam benda kecil itu. Aneh memang. Meski saat ini masih jarang orang menggunakannya. Tapi percayalah alat itu adalah penghancur yang lebih berbahaya daripada teknologi-teknologi lain yang diciptakan manusia. Aku tidak menyalahkan Steve sebagai individu. Ia tetap seorang yang cerdas. Bahkan terlalu cerdas untuk memahami keadaan dirinya sendiri. Apple adalah mahkota bagiku. Buah-buahan yang terlanjur aku sukai. Tapi jika berbicara Apple merek dari sebuah perusahaan komunikasi. Aku secara tiba-tiba menjadi linglung. Menjadi tidak karuan. Menjadi kurang terbiasa dengan apa yang telah diciptakan oleh Steve Jobs.
Manusia akan berkomunikasi melewati batin dan pikirannya. Bagiku itulah ruang-ruang yang tidak bisa dikendalikan oleh orang lain selain diri manusia itu sendiri. Dan aku berharap kau dapat menyimpulkan kegairahan napsu yang terlepas dari angan-angan matamu. Di sanalah kau dan aku akan menemukan jurang-jurang pemisah antara Tuhan dan Ham- banya. Mangkanya aku tidak terburu-buru untuk menikmati kemajuan teknologi sebagai ukuran kemajuan zaman. Mana yang maju, secara teknologi justru membuat manusia tolol. Kebutuhan seakan-akan dijadikan tombak yang dikira itulah kemajuan yang sesungguhnya. Tapi siapa yang berhak untuk melarangnya? Seluruh alam semesta telah menghendaki kemajuan zaman ini dengan lapang dada. Termasuk aku harus melapangkan dadaku untuk kemunduran manusia. Aku telah gagal sepertimu. Masih muda sudah pesimistis. Tidak tahu jalan arah pulang di mana yang palaing ampuh. Nasehat bapakku kurang lebih hampir sama dengan nasehat bapak-bapak yang lain. Jadi percuma. Isinya pasti tentang kesadaran, kesabaran dan komitmen. Ketiga hal itu apa pentingnya jika hanya keluar dari mulut orang lain? Mulut yang juga bisa memantulkan kebodohan.
Titik hujan menjelma malam, dan aku telah lelah menyeberangi lautan tanpa pandangan mata yang jelas. Untukmu jika beli jajan jangan banyak-banyak. Pentol cukup 100 rupiah. Uang segitu di zamanku seperti tulang yang tidak berbungkus nutrisi. Kau harus banyak makan-makanan yang sehat. Agar tubuhmu bisa menampung ilmu selayaknya pengetahuan yang menampung udara. Dengan begitu kau akan dapat menyelami diriku pada masa lalu. Diri ini sebenarnya tidak perlu kau kirimi surat yang bertele-tele sebab aku sudah ada di saat kau menuliskannya untukku. Ingat, sebelum memakai celana dalam kau harus mencium kelamin perempuan dalam-dalam. Dan tengok seberapa jauh ingatan itu akan membuatmu kekal selamanya. Akan ada pula orang-orang yang iri dengan perlakuan yang kita perbuat. Kenapa seperti itu? Aku pun tidak bisa memahami jika dalam urusan dunia manusia selalu meminta lebih. Jangankan kepada dedaunan dan kepada selangkangan lain, udara di dalamnya terkadang menyimpan rindu. Rindu yang begitu pasti tidak akan bisa dipisahkan. Kau tahu maksudku? Saudara itu tidak lebih dari perantara antara janji dan dekapan. Dekapan seperti apa? Orang-orang yang merasa tumpul dengan segala sesuatu kelak menjadi bisul sapid an bisul pipi. Apakah kau pernah merasakan dituduh tanpa bukti? Selayaknya dengan apa yang terjadi. Manusia harus menerima kenyataan-kenyataan baru untuk dirinya sendiri.
Tuhanku, kenapa kau ciptakan hati yang begitu lugu ini? Sering aku menangis karena melihat sepasang sepatu ibu robek. Sepatu yang dibawanya untuk bekerja kurang lebih kurang bagus untuknya. Jadi kau harus mendengarkan doa-doaku sekarang juga. Jika doaku masih gagal Tuhan jamah, jangan harap aku percaya dengan keadaanmu yang renyah Tuhan. Aku yang tertindas sudah tersungkur lebih jauh dari keheningan malam. Demikian juga dirimu yang untuk sementara terhalang ruang dan waktu. Aku takut jika keadaanmu tidak begitu baik di sana. Meskipun terkadang orang-orang tetap berjubel dan memandang keluh seluruh kehidupan ini dengan nestapa. Siapa yang akan berakhir jika dunia tidak akan pernah berakhir? Ucapkan saja Tuhan, kepada orang-orang yang selalu iri dengan kebaikan orang lain. Dan jelas bagiku udara tanpa api tidak akan hebat. Segalanya berkem- bang biak menuju keabadian. Dan kau adalah bagian dari keabadian hidup ini.
Bukankah kau harus mengatakan dimensi yang berbeda? Selain perbedaan yang kelak akan membuatmu jatuh terpecah-pecah. Aku sangat tahu jika rasa iri dan dengki akan membuat manusia menjadi tahu malu. Sedangkan di dalamnya beberapa orang berteriak demi kebenaran. Bukankah aku sedang dalam posisi sangsi? Di zamanku orang-orang masih suka menampakkan kehausan akan duniawai. Seks bebas. pramuria yang bergelantungan. Apalagi sudah terlalu banyak kepingan kaca yang bergeming. Kau seharusnya belajar kepada sejarah. Sepuasnya kau belajar sejarah kau akan menampakkan kepahitan di dunia ini. Bangsamu yang kerdil dan orang-orang yang korupsi sebetulnya adalah sikap apatis dari keheningan malam. Sungguh luar biasa rasa iri dengki manusia. Lebih luar biasa dari perpecahan dari berbagai sudut kenangan. Api yang memakan air. Air yang menelan udara. Udara yang menjadikan tanah berwarna ungu. Hidupku masih suka tidur-tiduran dan menonton televisi berbaris ke depan, berselimut di dalam kenangan. Sungguh siapa yang harus dikatakan sebagai kebaikan? Hujan dan api melebur menjadi keseriusan. Bukankah kau harus berkata dengan iblismu jika ingin mengedipkan selangkangan kekasihmu? Aku tidak bisa mene- ruskan beberapa ocehanku ini.
Sebelum aku tutup ocehanku kepadamu di masa depan. Aku teringat dua temanku yang masih kecil. Mereka berdua bernama Eos dan Joksu. Sama-sama berakhiran o. Eos seorang bujang lapuk yang rindu bagaimana susu perempuan menyumbal khayalannya. Dengan begitu rapuh dan teburu-buru Eos biasanya suka merokok tengah malam, dan tertawa lepas memikirkan dirinya sendiri. Aku selalu kagum dengannya. Selain menulis. Eos juga ahli memasak mayat, mayat betina khususnya. Sering pula ia mengajakku berpesta melihat danau-danau di dalam kenangan. Aku ingin mengajaknya melihat kepahitan hidup dari sudut pandang yang lain. Tapi ia menolak. Selalu menolak dengan alasan yang kurang bisa aku terima. Eos bukankah cinta dan kegagalan itu lebih mengarah pada umur yang semakin senja? Kurangi makan malam. Pakai celana dalam. Sihir perempuan juga akan menusuk tulang-tulangmu sendiri. Sedangkan Joksu seorang pesimistis yang tenggelam dalam kebencian yang memungkinkan.
Joksu? Haruskah ada pelabuhan cinta jika jarak ada di dalam kenanganmu. Haruskah kau paham kebencian lebih sulit daripada kepingan kebaikan? Aku ingin duduk denganmu melihat kelabu yang menggerayangi tubuhmu sendiri. Mari sikat gigi. Mari hidupkan api yang berselimut di hadapan matamu itu. Jika kelak ada waktu yang bisa membantumu maka memintalah bantuan kepada Tuhan-Tuhan yang kau percaya dengan sepenuh hatimu. Racun menjadi kupu-kupu. Kau masih ingat? Di dalam tempurung kura-kura ada racun dunia yang kelak akan menjadikanmu sengsara. Derita dan kekacauan merespon kerendahan hatimu kepada hidup ini. Jadilah kura-kura ninja yang mengalahkan spiderman. Oh tunggu dulu, sesaat dunia akan menghitam. Wajahmu dan wajahku kelak akan berpisah. Matanya yang bagaikan Tuhan adalah kekurangan yang hikmat. Izinkan namanya kembali pada masa lalu. Hancur. Melebur. Aku kirim pesan-pesanmu kepadanya yang telah lapar, yang telah menjadi- kanmu rugi selamanya. Diriku yang membunuh awan adalah harapan palsu dari dirimu di masa depan. Bersamanya yang kehilangan arah hujan. Mewarnai pelangi yang kelak memakan sisa-sisa kelabu di matanya. Aku paham: di sanalah para leluhur keabadian menjadikanku sisa-sisa bara api di dalam nerakaMu. Kembalilah untuk menatap warna hitam, yang akan memakan jantungmu. Jantung jantan tanpa kelamin usia dan waktu.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
612
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan