awalpermata
TS
awalpermata
[Event COC] Optimalisasi Kulit Jengkol & Manggis Agar Padi Bebas Hama #AslinyaLo
Indonesia merupakan negara yang terletak pada 60 LU, 110 LS, 97-1410 BT yang diapit oleh benua Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu samudera Pasifik dan Hindia. Letak yang strategis dan memiliki kesuburan tanah yang tinggi memungkinkan Indonesia menjadi negara yang berbasis pada pertanian. Luas lahan pertanian Indonesia mencapai 8,59 juta hektar dari total luas daratan yang mencapai 192 juta hektar (Puslitbang 2011), sedangkan yang digunakan untuk lahan pertanian organik sekitar 40.000 hektar (Husnain et al 2011).
Quote:

Dengan luas lahan pertanian yang ada, seharusnya Indonesia menjadi negara pengekspor produk – produk pertanian akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Kondisi ini terjadi karena adanya faktor penghambat dalam praktik budidaya pertanian, salah satunya adalah adanya serangan hama dan penyakit tanaman (HPT). Serangan HPT secara signifikan menyebabkan kehilangan hasil produksi pertanian, luas serangan hama dan penyakit pada tanaman padi tiap tahunnya mencapai 124.000 ha (tikus), 80.127 ha (penggerek batang), 28.222 ha (wereng coklat), 12.078 ha (penyakit tungro) dan 9.778 ha (penyakit blas) dengan kehilangan hasil mencapai 212.948 ton tiap musim tanam (Soetarto et al 2001).

Dalam era globalisasi lingkungan dewasa ini kita dihadapkan pada suatu dilema antara pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang yang terus meningkat, serta upaya untuk rehabilitasi dan melestarikan sumber daya alam. Pada sisi lain, peningkatan jumlah penduduk yang relatif cepat memaksa pemerintah mengambil jalan pintas untuk meningkatkan produksi berbagai komoditas pertanian, antara lain dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia.

Sistem usaha intensifikasi pertanian semacam ini memang berguna untuk memacu proses mineralisasi atau perombakan bahan organik, akan tetapi konsekuensinya kandungan bahan organik tanah menurun drastis sehingga kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara dan kehidupan biota cenderung terus menurun. Dengan demikian tanah menjadi padat, keras dan peka erosi, yang mengakibatkan pertumbuhan akar tanaman dan kehidupan tanah yang menguntungkan menjadi terganggu.

Hal ini sendiri telah berlangsung lama sejak dimulainya revolusi hijau pada sekitar tahun 70-an dan menjadi suatu keterlanjuran yang parah dan menghasilkan akibat seperti sekarang ini, yaitu terjadi kerusakan dan penurunan tingkat kesuburan tanah yang menghawatirkan. Sedangkan mahalnya harga dan kelangkaan pupuk menjadi permasalahan tersendiri yang tak kalah serius dan akhirnya hanya menjadikan petani dan masyarakat sebagai korban yang tak berdaya.

Pupuk dan pestisida yang menjadi salah satu input utama di bidang pertanian akhirnya menjadi masalah yang serius: sudah mahal pun susah dicari. Sementara itu tanah yang sudah terlanjur rusak dan bergantung pada pupuk kimia hanya menghasilkan produktivitas yang sangat terbatas dan produk pertanian yang tidak sehat karena kandungan kimianya yang sangat tinggi. Keterpurukan petani bertambah lagi dengan nilai jual hasil panen yang rendah dan tidak bisa diterima di pasar internasional yang dewasa ini sangat ketat dalam pengawasan masalah residu kimia hasil pertanian.

Berbagai pengendalian telah banyak dilakukan oleh masyarakat, yaitu dengan kultur teknis, fisik–mekanis, kimiawi, dan biologis serta pengendalian hama terpadu (PHT) yang merupakan gabungan dari berbagai aspek pengendalian. Pengendalian HPT yang banyak dilakukan oleh petani di Indonesia adalah secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Dampak negatif penggunaan pestisida sintetik adalah mengakibatkan keseimbangan alam terganggu, meninggalkan residu yang sulit didegradasi olah alam, menimbulkan hama resisten dan hama sekunder, serta dapat membunuh organisme yang menguntungkan.
Quote:

Residu pestisida di dalam tanah dapat meracuni organisme nontarget, terbawa sampai ke sumber-sumber air dan meracuni lingkungan sekitar dan dapat terbawa sampai pada mata rantai kehidupan. Menurut Gold (1999) penggunaan pestisida mengakibatkan lebih dari 400 jenis serangga dan tungau hama serta 70 jenis cendawan patogen menjadi resisten terhadap pestisida. Dampak lain adalah terbunuhnya organisme menguntungkan, sehingga terjadi penurunan keragaman dan kelimpahan komunitas suatu ekosistem pertanian. Seiring perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida sintetik telah menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan, salah satunya menimbulkan efek residu pada objek tanaman, hal tersebut memberikan transfer pengaruh residu toksik yang mengkonsumsi baik itu pada manusia secara langsung atau hewan-hewan lain.

Disamping itu juga harga pestisida sintetik dari tahun ke tahun harganya terus meningkat. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami, Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.

Residu pestisida dalam produk pertanian merupakan isu penting bagi negara maju. Sebagai salah satu contoh adalah Jepang yang menolak masuk ekspor buah–buahan dari negara lain karena tingkat residu pestisida dalam buah–buahan tersebut tinggi. Dengan kondisi tersebut maka diperlukan suatu konsep pertanian yang produknya bebas dari residu pestisida, yaitu dengan pertanian organik yang didukung dengan biopestisida yang bersifat ekologis dan ekonomis. Ketersedian limbah kulit jengkol dan kulit manggis yang melimpah serta kandungan zat bioaktif yang dapat digunakan sebagai pestisida alami. Zat zat yang terkandung seperti tannin,xanthone dan alkaloid yang dapat membasmi hama wereng coklat dan hama wereng hijau yang aman bagi kehidupan karena tidak meninggalkan residu pestisada berbahaya. Zat tersebut dapat terurai secara alami tanpa menggangu ekosistem dan dapat menyuburkan tanaman padi.

Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceaea. Periode pertumbuhan tanaman padi terdiri dari 2 fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif (reproduktif).
Quote:

Fase vegetatif merupakacumase pertumbuhan yang menghasilkan organ-organ vegetatif seperti akar, batang, dacumaun (tunas). Sedangkan fase genetatif menghasilkan organ generative seperti malai, gabah, dan bunga.
Fase generative (reproduktif) terdiri dari beberapa periode, yaitu periode pra bunga dan pasca bunga. Periode ini merupakan dimana hama wereng coklat maupun hama wereng hijau menyerang tanaman padi yang merugikan keberlangsungan budidaya tanaman padi dan dapat mengakibatkan gagal panen

Wereng Coklat

Serangga wereng coklat berukuran kecil, panjang 0,1-0,4 cm. Wereng coklat bersayap panjang dan wereng punggung putih berkembang ketika makanan tidak tersedia atau terdapat dalam jumlah terbatas. Dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer, Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati.
Quote:

Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau “hopperburn”.Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak.

Wereng Hijau

Wereng hijau (Nephotettix virescens) adalah anggota familia Cicdellidae ordo Hemiptera yang hidup di pertanaman padi, namun tidak menjadi hama penting tanaman padi. Peran penting N.virescens di Indonesia saat ini adalah sebagai vektor virus tungro padi (Hibino dan Cabauatan 1986; Siwi 1992; Widiarta dan Nakasuji 1992). Di antara vektor virus tungro yang ada di Indonesia,
Quote:

N. Virescens adalah vektor terpenting, karena paling efektif menularkan virus tungro dan populasinya dominan di antara vektor lain (Himawati dan Supriyadi 2003; Supriyadi et al. 2004). Efektivitas N. virescens asal populasi wilayah endemi dalam menularkan virus tungro mencapai 81%, sedangkan asal wilayah nonendemi 52 % (Supriyadi et al 2004 dan Supriyadi et al 2008 ).

Limbah Kulit Jengkol

Jengkol yang dijual di pasar dalam bentuk sudah di olah atau di kuliti.Pengolahan biji Jengkol ini dilakukan dalam skala rumah tangga atau home industry. Hasil dari proses pengolahannya dihasilkan limbah sebanyak kurang lebih 10 % berupa kulit luar Jengkol, kulit ari yang tipis, serta biji Jengkol yang busuk atau yang tidak memenuhi kualitas pasar. Limbah Jengkol tersebut pada umumnya dibuang di sekitar pemukiman penduduk tanpa perlakuan tertentu dan mencemari lingkungan baik karena leachate dari proses pembusukannya, maupun bau busuk yang ditimbulkan. Penyebab bau jengkol adalah asam amino yang terkandung didalam biji jengkol.
Quote:

Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi akan terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau (Cholisoh et al., 2008). Dari hasil penelitian Rahayu (2001) diungkapkan kalau kandungan senyawa kimia dalam kulit jengkol yaitu alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, flavonoid dan tanin .Menurut penelitian, ekstrak air kulit buah jengkol dapat digunakan sebagai larvasida untuk mencegah penyakit demam berdarah.Selain itu juga dimanfaat sebagai herbisida alami untuk pengendalian gulma di sawah tanpa menghambat pertumbuhan padi, senyawa aktif tersebut merupakan hasil dekomposisi kulit buah jengkol selama 5-20 hari (Emhellig,1995).

Limbah Kulit Manggis

Xanthone merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C13H8O2, senyawa ini berwarna kekuningan dan larut dalam pelarut semi polar seperti methanol. Ada 14 jenis turunan xanthone antara lain cudra-xanthone G, 8- deoxygartanin, garcimangosone B, garcinone D, garcinone E, gartanin, 1-isomangostin, alfa- mangostin, beta-mangostin, gamma-mangostin, mangostinone, smeathxanthone, tovophyllin A dan satu jenis lain yang belum teridentifikasi (Jung et al., 2006).
Quote:

Komponen xanthone memiliki aktivitas anti inflamasi, antimikroba, anti fungal dan anti viral (Chaveri et al. 2008).Alpha- mangostin merupakan xamthone utama penyusun kulit buah manggis. Senyawa ini memiliki aktivitas anti oksidan dengan kapasitas 53,5+ 1, 7 %. Selain itu, alfa mangostin dapat dikembangkan sebagai anti kanker dalam hewan percobaan (Jung et al. 2006).

Isolasi Zat Aktif dari Kulit Jengkol Dan Kulit Manggis
Quote:

Sebanyak 3 kg kulit jengkol dan kulit manggis dimaserasi dengan menggunakan 2 L etanol 80% sebagai pelarut hingga semua komponen aktif terekstrak. Ekstraksi ini dilakukan selama 2 minggu pada suhu ruangan serta semua filtrat dievaporasi (Kim et al., 2004). Bagian yang tidak terekstrak adalah polisakarida dan serat (Andria, 2000). Ekstrak kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotavapor (Prayitno, 2007).
Quote:


Pemilihan Eluen dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis dilakukan pada silica gel dan kertas dengan memerhatikan fase gerak- diam dan polaritasnya. Selain itu, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk mencari eluen terbaik untuk kromatografi kolom. Eluen yang digunakan dimulai dari pelarut dengan polaritas meningkat, yaitu dari pelarut non polar ke pelarut polar. (Tabasso, 2006).
Quote:

Eluen tunggal dengan pemusahan terbaik kemudian dikombinasikan satu dengan yang lainnya dengan berbagai perbandingan. Hasil screening ini menujukkan dikloro metana : metanol dengan perbandingan 10:1 memiliki pemisahan spot terbaik. Pergerakan suatu senyawa dalam ekstrak akan bergantung pada kesamaan polaritasnya dengan polaritas eluen. Senyawa non polar akan tertahan pergerakannya pada pelarut polar dan sebaliknya (Prayitno, 2007).

Penyediaan Tanaman Padi

Pertama adalah pembuatan bedegan sebagau media perkecambahan padi, padi yang digunakan adalah berbagai varietas yang sering digunakan oleh petani, bibit
Quote:

padi terlebih dahulu dikecambahkan selama 3 hari, setelah itu ditaburkan di plat bibit, setelah 30 hari dipindahkan kedalam polybag, perawatan tanaman padi dilakukan setiap hari dengan memberikan pupuk dan mengatur kadar air, setelah 3 bulan tanaman padi diinduksi dengan hama yang telah dibiakan.

Penerapan Langsung Di Areal Persawahan
bahan yang dibuat selain berfungsi sebagai pestisida juga berfungsi sebagai pupuk organik untuk tanaman padi, produk yang sudah di hasilkan di semprotkan saat tanaman padi di pindahkan ke aerial persawahaan, di lanjutkan setiap 1 bulan sekali hingga waktu panen tiba, efektifitas dalam membasmi hama sebesar 80%, data ini di dapatkan dari hasil penelitian dan uji coba yang ane lakukan salama 5 tahun, dengan menggunakan biopestisida akan mengurangi residu yang dihasilkan dan mendukung organic farming, semoga bisa bermanfaat untuk agan dan sista, jika ada yang mau ditanyakan pm ane aja yang agan dan sista emoticon-shakehand



Diubah oleh awalpermata 31-10-2018 16:14
tata604
tata604 memberi reputasi
1
1.8K
3
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan