nuyinsAvatar border
TS
nuyins
Covid-19 Singgah Sejenak (Part 5)
Tidak berapa lagi ponakan suamiku datang menjemput bersama mobil sewaan untuk mengantar kami ke rumah sakit. Di saat akan berangkat Bu dokter PKM menelponku mengatakan kalau pihak RS sudah dihubungi dan meminta kami segera berangkat. Beliau juga mendoakan yang terbaik untuk kami sekeluarga. Sambil bergegas menuju mobil aku ucapkan banyak terima kasih karena sudah memesankan tempat untuk suami dan anakku.



Selama perjalanan menuju RS kami ngobrol tentang kondisi pandemi. Nah d sini ternyata ponakan suamiku ini juga sedang tidak enak badan sudah beberapa hari, makanya kuperhatikan dia pakai jaket tebal lengkap dengan kaos kaki padahal hanya pakai sendal. Sementara itu si sopir juga bercerita apabila di keluarganya juga mulai tumbang. Di kampungku itu antara tetangga  satu dengan yang lainnya apabila dikaitkan masih saudara dekat. Karena mereka kebanyakan menikah dengan orang sekampung dulunya. Pada saat pandemi ini banyak sekali tetangga yang sakit, tapi jarang yang mau berobat k PKM atau ke klinik. Mereka lebih banyak memilih isoman dan konsumsi herbal untuk mengatasi sakitnya.



Tidak butuh waktu lama untuk sampai di RS karena jaraknya kurang lebih 8 kilometer dari rumah. Kendaraan langsung diarahkan ke IGD yang posisinya berada di gedung bagian belakang khusus untuk menerima pasien covid-19. Ketika aku memasuki ruang IGD nampak hanya ada 1 pasien. Ternyata IGD sepi pagi ini. Setelah suami dan anakku dipersilahkan berbaring di ranjang paaien maka kutunjukan lembaran hasil rapid antigen ke mas perawat.  Perawat lalu menyuruh ku untuk menunggu di luar ruangan. Kuperhatikan dari luar mbak perawat melakukan penanganan pada suami dan anakku. Keduanya diinfus dan ditambahkan oksigen. Disaat aku menunggu tak lama ada perawat menghampiriku lalu menyodorkan surat pernyataan tentang persetujuan rawat inap. Setelah aku menyetujui dan menandatangani perjanjiannya maka disuruhnya aku untuk daftar diloket bagian depan. Semua proses admistrasi berjalan lancar si mbaknya mengatakan kalau segala biaya pasien covid-19 akan ditanggung negara.



Urusan pendaftaran beres aku balik lagi ke ruang tunggu IGD. Ternyata ruang tersebut sudah banyak pasien. Beberapa ranjang pasien sudah terisi dan hampir semua mempunyai kasus yang sama. Belum sampai jam 9 pagi IGD tersebut sudah penuh dengan pasien dan menempati ranjang yang tersedia.  Beberapa pasien yang masih berdatangan harus kecewa dan balik pulang atau mencari RS lain karena sudah tidak ada persediaan tabung oksigen.  Lewat jam 9 ponakan yang mengantarku tadi pamit pulang karena pemilik mobil akan segera membuka bengkel miliknya. Cukup lama untuk proses pemindahan ke ruang isolasi khusus penderita covid-19. Sekitar dua jam kemudian setelah mbak bagian admistrasi menuju ruang IGD anakku pun dipindah lebih dulu. Perlengkapannya juga dibawa sekalian. Tas berisi baju selama satu minggu, air mineral ukuran 500 ml sebanyak 2 botol serta sebungkus roti yang kubeli di kantin dibawa juga. Di dalamnya juga kusediakan suplemen dan vitamin C.




Setelah tiba di ruangan isolasi aku chat anakku, apakah ada teman atau pasien lain. Ternyata dia sendirian di dalam ruangan. Lalu kuminta untuk mengambil gambarnya, karena ingin tahu kondisi ruangan seperti apa. Aku sempat bertanya-tanya, di aplikasi tertulis ada ranjang pasien kosong hanya 1 bad saja.  Tapi ternyata ruangan yang kapasitas 5 orang itu masih berisi anakku. Entahlah aku tak mengerti apa dibalik itu semua. Saat itu aku pun berdoa agar suami dan anakku bisa satu ruangan dan tidak terpisah. Meskipun anakku sudah semester 6 tapi aku sangat khawatir. Dia selalu memikirkan kondisi ayahnya meskipun dia sendiri kondisinya semakin menurun. Bila mereka dalam satu ruangan kemungkinan besar ada rasa nyaman karena bisa melihat satu sama lain. Senyaman-nyamannya di rumah sakit itu tetap gak enak juga.



Disaat menunggu suamiku pindah ruangan tiba-tiba mbak iparku telepon menanyakan posisi ku dimana karena dilihat di IGD depan tidak ada. Alhamdulillah ada teman untuk menunggui suami selama belum pindah ruang. Sampai lewat beduk duhur suami baru dipindahkan ke ruang isolasi, dan alhamdulilah satu ruang dengan anaknya. Di sini aku mulai merasakan lapar. Setelah mendapatkan penjelasan dari perawat untuk lokasi ruang isolasi dan aturannya aku pun ke kantin. Setelah makan pagi dan seklaian siang aku menuju ruang isolasi untuk mengantarkan air mineral. Hari yang sangat melelahkan. Kutinggalkan suami dan anakku dan berdoa semoga mendapat perawatan yang baik dan sehat kembali. Aku pun akan menjalani isoman sepuluh hari ke depan ditambah tiga hari.


Bersambung

Cerita sebelumnya klik link di bawah ini 

Part 4

0
565
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan