ruprayoAvatar border
TS
ruprayo
Ampera Membisu
Ampera Membisu

*****
Di Jembatan Ampera.

Jembatan Ampera yang membelah sungai musi, minggu sore macet parah. Bukan karena proyek pembangunan jalan fly over simpang pamor di daerah ulu, bukan juga karena kecelakaan lalu lintas atau pun mobil yang mogok di sepanjang ruas jalan dari ataupun menuju jembatan kebanggaan warga Palembang tersebut. Kabar terakhir menyatakan bahwa akan ada percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang gadis berusia 22 tahun. Gadis tersebut bukan meloncat bunuh diri dari pagar jembatan ampera, melainkan dari sisi tower selatan jembatan ampera yang sedang dilakukan pengecatan berkala. Terdapat rangkaian besi membentuk kerangka tangga mengelilingi tower selatan dari bawah hingga atas, memudahkan gadis tersebut memanjat hingga mencapai puncak tower.

"Tuing, Tuing, Tuing!" Terdengar sirene mobil pemadam kebakaran memecah kemacetan. Semua petugas berusaha keras menyelamatkan gadis tersebut. Situasi terkini memperlihatkan Jembatan ampera padat tak merayap, mencekam penuh sesak, serta ramai bagai kumpulan semut mengerubungi makanan. Mulai dari polisi, pengendara baik itu motor atau pun mobil yang terjebak kemacetan, petugas pemadam kebakaran, wartawan lokal maupun nasional serta kerumunan warga Palembang yang sekedar menonton atau pun sibuk mengabadikan peristiwa langkah ini dengan kamera telpon genggamnya.

Tiga orang petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk memanjat tower selatan. Dua orang dari arah timur, satu orang dari arah barat. Dari arah bawah, mobil pemadam kebakaran mengeluarkan tangga darurat ke atas tower.

"Ayo Alfa, cepat kau selamatkan gadis tersebut," teriak ketua komando penyelamat kepada Alfa, seorang petugas pemadam kebakaran dari arah barat.

Alfa kini tinggal beberapa langkah lagi dengan gadis tersebut.

Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin mengguncang. Istilah ini memang benar, tapi angin yang menerpa Alfa mungkin sepuluh kali lipat dari angin yang menerpa pohon. Karena sudah telaten dan berpengalaman dalam menyelamatkan korban dari tempat yang tinggi, Alfa pun tak gentar dan tak takut mati dalam melaksanakan tugas. Dari jarak tiga meter Alfa memperhatikan gadis tersebut tampak menangis, tangan kanan memegang sebuah buku, entah buku apa karena terlihat samar-samar sedangkan tangan kiri memegang kerangka besi dengan erat.

"Ayo gadis, kita turun! Sayangilah dirimu karena bunuh diri bukanlah jalan keluar dari segala permasalahan yang kau hadapi," Alfa berusaha menangkap tangan gadis tersebut.

Linangan air mata gadis tersebut jatuh tak tertahankan, gadis tersebut membalas pertanyaan Alfa dengan suara serak. "Lebih baik aku mati, dari pada aku harus menjual akidahku, aku tak mau pindah agama hanya karena perjodohon bodoh itu. Lebih baik aku mati dengan kepercayaan yang ku imani sekarang."

"Tapi, caramu ini salah, salah besar, bahkan Allah murka jika engkau nekat bunuh diri seperti ini," balas Alfa yang kini berdiri disamping gadis tersebut.

Angin tambah kencang, menambah rintangan petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan tugas. Mentari pun telah terbenam di ufuk barat, menyisakan buih cahaya yang mencoba menembus halus awan hitam sekitarnya. Dari arah utara terdengar suara azan maghrib berkumandang. Gadis itu terdiam, memegang erat buku yang dibawanya. Alfa memperhatikan buku tersebut dan ternyata itu adalah kitab suci Al-quran, sungguh tak disangka. Tampaknya gadis itu tenang sekali dan menghayati tiap lantunan azan. Setelah azan selesai berkumandang, gadis tersebut berbicara kepada Alfa.

"Baiklah aku berubah pikiran, aku akan turun dan kau harus janji untuk selalu melindungiku dan membimbingku serta menjauhkan aku dari orang-orang yang memaksaku untuk pindah agama," pinta gadis tersebut.

"Baiklah, aku ...." Belum sempat Alfa melanjutkan kata-katanya , tiba-tiba gadis tersebut terpelesat jatuh.

Untung saja Alfa masih sempat memegang lengan gadis tersebut. Suasana semakin riuh, Alfa berusaha sekuat tenaga agar gadis tersebut tidak terlepas dari pegangannya.

"Kau harus bertahan, pengang erat tangan ku, jangan kau lepaskan," Alfa memerintah.

"Aku takut, aku takut, aku takut mas," muka gadis tersebut membiru dan berteriak histeris.

Bala bantuan segera datang, tangga darurat yang dioperasikan lewat mobil pemadam kebakaran mendekat ke arah gadis tersebut. Alfa dan gadis tersebut segera naik ke tangga darurat. Mereka berdua selamat. Misi penggagalan percobaan bunuh diri berlangsung khidmat. Baru kali ini Alfa menjumpai orang yang mencoba bunuh diri dengan alasan mempertahankan agamanya. Mungkin ini wanita spesial yang telah Allah kirimkan untuknya.

Peristiwa ini menyedot perhatian publik, baik tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, ada televisi nasional yang menyiarkan secara live kejadian ini. Semua orang berseru lega ketika melihat gadis itu terselamatkan. Gadis tersebut segara dibawa ke rumah sakit dekat Benteng Kuto Besak untuk diberi pertolongan pertama. Sirine mobil pemadam kebakaran mulai menghilang dari jembatan Ampera, menandakan selesainya misi penyelamatan. Alfa masih setia menemani gadis tersebut.

Suasana di atas jembatan Ampera berlangsung membaik. Satu setengah jam setelah kejadian, jalanan legang dan tidak tak ada lagi kemacetan yang parah. Tampak beberapa polisi lalu lintas yang masih mengatur jalan di atas jembatan yang dulu pada saat selesai pembangunan bernama jembatan Soekarno. Dari semua deret kejadian panjang sore ini, hanya satu yang tidak bicara tapi menjadi saksi atas semua perkara yang terjadi, hanya diam tak berkutik, tak dapat berbuat apa-apa, membeku dan mematung tanpa perlawanan. Itulah Ampera yang membisu.

*****
Di Rumah Sakit.

Usai sholat maghrib di mushola rumah sakit, Alfa menemui gadis tersebut.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah baik-baik saja?" Tanya Alfa kepada gadis tersebut, yang kini tergolek lemah di atas dipan dengan selimut putih khas rumah sakit.

"Iya agak mendingan ini meskipun kepalaku agak pusing."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Saya tinggal sebentar."

Alfa bergegas keluar ruangan, belum sempat membuka pintu, gadis tersebut memanggil Alfa dengan suara agak serak.

"Tunggu, kalau boeh saya tahu, nama kamu siapa?"

"Namaku, Alfa. Muhammad Alfarizi," Alfa senyum indah membentuk lesung pipi.

"Kalau kamu wahai gadis cantik?"

"Namaku Zafira Nur Afifah, panggil saja Ifa."

"Nama yang indah," Alfa tersenyum kembali, memuji nama Ifa. Kemudian Alfa membuka pintu, keluar ruangan dan bergegas kembali ke stasiun pemadam kebakaran yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah sakit. Di luar terdengar suara azan Isya berkumandang dari masjid agung Palembang, hati Alfa menjadi tenang mengiringi perjalanannya.

Satu jam kemudian, Alfa kembali ke rumah sakit. Dia terkejut karena Ifa tidak ada lagi di ruangan. Alfa bertanya kepada suster, ternyata Ifa di bawa paksa pulang oleh bapaknya dan calon laki-laki yang mau dijodohkan untuknya. Alfa memohon kepada suster meminta alamatnya. Kertas bertuliskan alamat Ifa sudah ditangan, segera Alfa pergi menuju rumah gadis tersebut.

*****
Di Rumah Ifa.

Sesampainya di rumah Ifa, Alfa hanya bertemu dengan pembantunya. Pembantu Ifa menjelaskan kalau Ifa bersama keluarganya pergi ke bandara, rencananya mereka akan terbang ke kota Batam melangsungkan pertunangan di sana, di kediaman mempelai pria.

Alfa hanya diam, tidak bisa berbuat apa-apa, mengikhlaskan Ifa. Janji untuk membimbing Ifa agar tidak keluar dari islam lenyap sudah, janji tinggalah janji.

"Ah sudahlah, siapa juga Ifa, gadis yang ku temui sore tadi, yang nekat bunuh diri demi mempertahankan agamanya dan aku hanyalah petugas pemadam kebakaran. Yah itulah tugasku, aku bukanlah siapa-siapa." Alfa bergumam dalam hati, menghidupkan mesin mobil, dan pulang ke stasiun pemadam kebakaran. Usai sholat Isya, Alfa langsung tidur dan berharap dapat melupakan kejadian hari ini.

Gerimis membungkus kota.

*bersambung

Quote:
Diubah oleh ruprayo 16-08-2014 18:36
0
1.9K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan