AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Beginilah Sakralnya “Mudik Lebaran” Bagi Perantau
quickcorp.com

Beberapa hari lagi Lebaran akan tiba. Bagi umat muslim khususnya, kegiatan yang paling sibuk jelang lebaran ini adalah berkemas-kemas untuk mudik alias pulang kampung ke tanah kelahiran. Terutama bagi para perantau yang tinggal di negeri orang. Yah, tradisi mudik memang lebih identik dengan perantau. Kalaupun bukan perantau, mudik juga kadang dilakukan untuk berlibur ke kampung asal kelahiran orang tua, bertemu kakek nenek di kampung, sanak sodara, sepupu dan ponakan, sekaligus untuk bersilaturrahmi dengan keluarga lainnya.

MERANTAU adalah sebuah episode perjalanan hidup, meninggalkan tanah kelahiran, Meniti Garis Takdir, untuk menjelajahi sumber penghidupan baru, mengadu peruntungan nasib, menguji kemandirian, mencari kebebasan, atau menghitamkan kenangan “kasih tak sampai” di kampung halaman.

Sedangkan MUDIK merupakan sebuah tradisi sakral tuk melepas kerinduan terhadap tanah leluhur, dan bernostalgia dengan tempat masa kecil, meski di sana yang tersisa hanyalah pusara kedua orangtua atau sanak sodara.

Lebaran tanpa mudik akan terasa hambar dan kurang bermakna. Apalagi bagi perantau yang telah sukses mengais penghidupan di negeri orang. Berbagi “oleh-oleh” buat kerabat, handai taulan dan tetangga di kampung, atau hanya sekadar berjabat tangan dengan mereka, sungguh suatu kebahagiaan yang luar biasa.

Tak ada nilainya rasanya kesuksesan di negeri orang, jika keberhasilan itu tak dibarengi dengan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih, di tempat di mana dulu kita tumbuh sebagai orang yang tak punya apa-apa. Lalu dengan dukungan moril dan doa dari mereka, kita berangkat ke kota lain karena tuntutan hidup, hingga akhirnya bisa menjadi “orang”, meski bukan “orang kaya” yang sebenarnya.

Beberapa teman Ane yang tak bisa pulang kampung saat lebaran, entah karena tugas, atau karena hal lain di luar kemampuannya, menuturkan bahwa mereka selalu meneteskan airmata saat mendengar kumandang takbir, karena teringat kampung halaman saat lebaran. Terbayang wajah ayah ibu dan keluarga lainnya. “Ah, andai bukan karena ada suatu rintangan, pasti aku akan terbang karena rindu pada kampung halaman,” begitu ungkap mereka dengan nada sendu.

Kiranya, cukuplah lirik lagu Merantau yang dinyanyikan Titiek Sandhora berikut ini yang menggambarkan betapa sakralnya tradisi mudik lebaran:
Spoiler for Merantau - Titiek Sandhora:

Quote:

Bagi yang tidak mudik lebaran tahun ini, Ane harap jangan mendengarkan lagu di atas di malam Lebaran. Ane khawatir airmata GanSis tak bisa berhenti mengalir karenanya. emoticon-Big Grin

Begitulah sakralnya mudik versi Ane. Lalu bagaimana menurut GanSis semua?(*)
Spoiler for Referensi:

Quote:
Diubah oleh Aboeyy 12-06-2018 11:28
0
4.8K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan