Papa.T.BobAvatar border
TS
Papa.T.Bob
Fakta Alternatif | Seri Konspirasi Informasi [4]
Spoiler for Pengantar:

*****
Quote:

*****

20 Januari 2017, saat Trump dilantik sebagai presiden bergulirlah topik ringan tentang, "Apakah cuaca cerah atau tidak kala pelantikan berlangsung? Seberapa ramai kerumunan warga yang menonton? Apakah lebih sedikit atau lebih banyak dibanding saat pelantikan presiden sebelumnya?"


theblaze.com

Dilihat dari dokumentasi foto dan video dapat dengan jelas dikatakan bahwa matahari sedang tidak bersinar cerah kala itu. Tapi dalam pidatonya, di Langley Air Force Base, Trump mengklaim sebaliknya:
Quote:

Trump mengklaim kerumunan yang ada di sana takut kehujanan. Tapi menurut Trump Tuhan berpihak padanya. Ia sempat merasakan tetesan air di awal pidatonya. Walau begitu, cuaca berubah cerah dan ia bisa menyelesaikan pidatonya sampai akhir. Dan tiba-tiba hujan turun tepat saat ia meninggalkan tempat pelantikan.

Dari dokumentasi yang ada, orang bisa tahu bahwa semua yang dikatakan oleh Trump itu bohong. Lalu soal ramainya kerumunan, masih di Langley, Trump membuat klaim yang juga menjadi perdebatan:
Quote:

Faktanya jumlah kerumunan yang ada di Washington tidak sesuai dengan klaim Trump. Hanya berjumlah sekitar 500.000 orang. Berbeda dengan jumlah kerumunan saat inagurasi presiden sebelumnya pada 2009 (700.000 lebih orang).


nytimes.com

Klaim Trump ini lalu didukung dengan klaim serupa dari Sean Spicer, Sekretaris Pers Gedung Putih. Pada 21 Januari 2017 Spicer menyatakan:
Quote:

Dua hari kemudian pernyataan Gedung Putih yang menimbulkan kontradiksi ini didukung kembali oleh pernyataan Kellyane Conway, Penasihat Presiden. Menurut argumennya, pendapat Trump maupun Spicer bukanlah kebohongan atau pendustaan publik, melainkan "fakta alternatif".

Secara logika frase "fakta alternatif" tidaklah masuk akal. Fakta adalah fakta, dan fiksi adalah fiksi. Ini soal terjadi atau tidak terjadi. Klaim alternatif adalah fakta yang mengada-ada. Kita mungkin tidak setuju dengan fakta, tapi tidak setuju dengan fakta berarti tidak setuju dengan realita.

*****

Berpikir Jernih


ohio.edu

Tujuan dari ilmu pengetahuan yaitu untuk mengartikan dunia seisinya, dan juga cara kerjanya, menggunakan metode yang sesuai. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran tentang alam, kondisi sosial umat manusia, dan teknologi. Sama seperti ilmu pengetahuan, tujuan dari jurnalisme adalah untuk mencari kebenaran, tapi bukan kebenaran yang absolut. Jurnalisme dimulai dengan mengumpulkan dan memverifikasi fakta. Lalu jurnalisme mencoba menyampaikan makna yang terang, adil, reliabel, dan valid untuk digunakan pada investigasi selanjutnya.

Jurnalisme harus transparan, setransparan mungkin, dalam mengambil sumber informasi maupun metode yang digunakannya. Sama seperti kebenaran ilmiah, kebenaran jurnalistik bersifat sementara. Dengan transparansi yang ada pembaca bisa bebas menafsirkan informasi yang ada di depan mereka, sesuai sudut pandang mereka.

Jurnalisme ibarat kartografi (ilmu membuat peta). Peta untuk memandu seseorang memahami masyarakat (society). Jika jurnalis mengumbar sensasi, mengabaikan detail, memakai stereotip, dan memberitakan sesuatu secara tidak proporsional, maka "peta" yang dibuatnya menjadi tidak reliabel. Jurnalisme yang buruk sama seperti pengetahuan palsu (pseudoscience). Membuat navigasi menjadi berantakan.


magzine.it

Interpretasi masing-masing orang sangat beragam, tergantung pada pendirian politiknya, pondasi ideologinya, muasal budayanya, keyakinan relijiusnya, dll. Bukan berarti kita tidak bisa menemukan fakta dan kebenaran di luar sana, kita hanya belum menemukannya saja. Itulah alasan mengapa dalam jurnalisme dan ilmu pengetahuan kita dituntut untuk terus bertanya. Sebab dunia ini sangat keras kepala, ia tidak ingin membuka rahasianya begitu saja.

Pada suatu kali pertanyaan kita salah. Di lain waktu fakta muncul secara tiba-tiba tanpa diminta. Kadangkala suatu fakta, atau rahasia yang tersingkap menunjukkan bahwa kita salah dalam hal pendirian politik, relijius, jurnalistik, atau ilmiah. Sehingga kita terpaksa harus mengubah cara pandang kita, walau sebelumnya kita berpikir bahwa kita paling benar. Sangat tidak nyaman. Namun, dengan begitu kita bisa menjadi makin bijak, dan makin bijak. Dan memang begitulah cara kerjanya.

*****


[URL=https://www.swaS E N S O R2019/05/25/mengapa-framing-nomor-1-yang-dipilih/]swamedium.com[/URL]

Settingagenda tidak cuma soal mendapatkan atensi, tapi juga soal bagaimana mereka dipresentasikan/disampaikan dan dibingkai (framing). Framing dapat dipahami sebagai sebuah keadaan di mana suatu aspek dalam berita mendapat atensi lebih daripada aspek yang lain.

Sebagai contoh, seorang reporter diberi topik: pengangguran. Si reporter bisa saja meminta seorang pengangguran untuk berbicara tentang semua lamaran kerja (job application) yang sudah dia kirimkan. "Udah ngelamar ke mana aja? Pernah dapat panggilan? Rencananya mau ngapain lagi?".


youtube.com

Atau bisa saja reporter mewawancarai pemilik lapangan kerja yang sedang kesulitan mencari pekerja. "Udah berapa lama pak buka lowongan? Kriterianya apa aja sih pak? Kira-kira faktor apa yang membuat lowongan pekerjaan ini tidak kunjung terisi?". Reporter bisa sesuka hati membingkai berita. Dia bisa membuat seorang pengangguran terlihat sebagai pemalas. Atau bisa juga membuat pengangguran terlihat sebagai korban keadaan. Tergantung sudut pandang yang dipakai. Jika fokus framing dilakukan secara masif, sistematis, dan terstruktur dengan berfokus pada satu sudut pandang saja, hasilnya adalah coverage berita yang tidak seimbang. Dan penyajiannya bisa dikatakan misleading. Bila sudut pandang lainnya dikemukakan maka kita baru akan mendapat gambaran utuh.

Selalu ada dua sisi dari segala sesuatu. Dan keduanya harus diperlakukan secara adil. Namun, dengan menghargai suatu opini, tidak berarti semua opini benar. Saat flat earther beropini kita memberinya hak untuk beropini, tapi kita tidak memberikan dia hak atas fakta buatannya.


jeumpanews.com

Framing yang dilakukan secara ekstrim bisa digolongkan sebagai omission (tidak mencantumkan/menghilangkan sebagian fakta). Contohnya saat berita difokuskan pada minoritas kecil muslim yang melakukan kejahatan kriminal. Atau minoritas kecil muslim yang mendukung radikalisme dalam islam. Ini dapat digolongkan sebagai berita misleading yang tidak merepresentasikan realitas dan problematika dunia secara utuh. Berita seperti ini bisa mendatangkan banyak klik, tapi juga menyebarkan kemarahan, kecaman, ketakutan, serta polarisasi.

*****

Berita palsu adalah berita yang dimanipulasi dengan baik sehingga terlihat reliabel. Terlihat seperti laporan jurnalistik yang mudah disebarkan secara online pada khalayak yang memercayai cerita tersebut dan ingin menyebarkannya.


terasjabar.id

Berita palsu tidak hanya ditemukan di internet, tapi sudah ada jauh sebelum itu. Berita palsu bisa saja berupa kebohongan yang ingin menampilkan cerita bohong sebagai kebenaran. Tapi, berita palsu bisa dikategorikan sebagai omong kosong bila berita bersangkutan tidak cukup membuat orang percaya terhadap cerita tersebut.

Berita palsu menyerupai karya jurnalistik yang menawarkan kebenaran atau pencerahan. Dan tujuannya tidak lain berupa tujuan politis atau keuntungan dengan mendapatkan atensi orang-orang. Tujuan ini selalu disembunyikan dari audiens. Kebohongan tersebut biasanya ditutupi atau dimanipulasi dengan dukungan testimoni berupa teks, gambar, atau video, yang kadang terlihat asli atau malah terlihat amatiran.


[URL=https://S E N S O Rcolloquium/responsibility-and-fake-news-in-the-time-of-social-media-340f555c1d0e]medium.com[/URL]

Pseudojurnalism (jurnalisme palsu) paling tidak punya 4 tujuan:
1. Fun/trolling: candaan yang memainkan kenaifan atau kepolosan pengguna internet
2. Web traffic/uang: mendapatkan atensi dengan clickbait
3. Marketing/sales:saat advertisingterlihat seperti produk jurnalistik. Misal iklan di koran yang nge-blend dengan desain layout yang digunakan koran, atau iklan yang desain grafisnya terlihat seperti kartun editorial atau produk pop yang sedang hip.
4. Propaganda/power struggle: berita yang mendeligitmasi dan mendiskreditkan pihak-pihak tertentu. Misal menggambarkan seseorang sebagai sosok supervillain sambil memasang foto dengan caption-caption memojokkan yang bersangkutan.

Di era perebutan atensi, informasi yang benar tidak perlu viral dan informasi yang viral tidak perlu benar. Sebab, manusia lebih cenderung bermotif emosi daripada logika.

Bersambung ke [Bahaya Populis]

*****

Sekian dari Ane Bre & Sis.
Dilanjut atau gak nih gan? lanjut? emoticon-Embarrassment
Salam dan sampai jumpa di thread Cipt. Papa.T.Bob selanjutnya.
emoticon-Rate 5 Star emoticon-Toast
Diubah oleh Papa.T.Bob 28-06-2019 15:14
wanbillionAvatar border
wanbillion memberi reputasi
1
749
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan